Sejarah Konsep Birokrasi
Konsep birokrasi dimunculkan oleh M De Gourney. Melalui surat tertanggal satu
juli1764 yang ditulis Baran de Grim, merujuk pada gagasan Gourney yang mengeluh
tentang pemerintahan yang melayani dirinya sendiri. De Gourney menyebutkan
kecenderungan itu sebagai penyakit yang disebutnya bureaumania.
Ide tentang birokrasi
bukan sesuatu yang baru. Merupakan kekeliruan kalau kita mengira konsep ini
baru muncul. Keluhan atas pemerintahpun bukan hal baru, yaitu setua usia
pemerintahan itu sendiri. Juga, prinsip pemerintah harus dijalankan orang-orang
yang baik dan cakap merupakan ide yang sudah lama berkembang dilingkungan
filsuf, baik barat maupun timur.
Sejak kemunculan gagasan
de Guorney, istilah birokrasi diadopsi secara luas dalam kamus politik di Eropa selama abad 18. Istilah Prancis, bureaucratie ini, dengan
cepat diadopsi dalam makna yang sama di Jernan dengan sebutan bureaucratie (kemudian
menjadi burokratie), di Italia menjadi burocrazia dan Inggris menjadi
bureaucracy[1].
2.
Pengertian Birokrasi
Birokrasi adalah jenis
organisasi yang dirancang untuk menangani tugas-tugas administratif dengan
sekala besar serta mengkoordinasikan pekerjaan orang banyak secara
sistematika.dengan demikian, konsep ini dapat diterapkan dalam prinsip-prinsip
organisasi yang tujuannya adalah meningkatkan efesiensi administrasi
(sebagaimana biasanya demikian), walaupun birokrasi kadang-kadang berakibat
sebaliknya, menimbulkan ketidak efisienan.
Birokrasi-birokrasi
merupakan lembaga yang sangat berkuasa, yang mempunyai kemampuan sangat besar
untuk berbuat kebaikan atau keburukan, karena birokrasi adalah sarana
administrasi rasional yang netral dalam skala yang besar. Masalah yang dihadapi
masyarakat demokratis adalah bagaimana memperoleh dan mempertahankan pengawasan
demokrasi terhadap birokrasi-birokrasi dapat bekerja demi kepentingan rakyat
banyak.[2]
Fungsi penerapan peraturan
tidak hanya berarti pelaksanaan peraturan sebagai pedoman dan aturan
berprilaku, tetapi pertama-tama juga pembuatan perincian dan pedoman
pelaksanaan peraturan, malahan dalam banyak hal justru harus memberikan
penafsiran atas peraturan tersebut (yang biasanya dirumuskan secara umum oleh lembaga
legislatif) sehingga mudah difahami dan ditaati oleh warga negara. Dengan kata
lain, fungsi penerapan peraturan tidak hanya meliputi pelaksanaan peraturan
sebagai aturan dan prilaku, tetapi juga mencakup pembuatan keputusan yang
bersifat penjabaran. Struktur pemerintah yang menyelenggarakan fungsi ini ialah
pemerintah (eksekutif).
Yang dimaksud dengan
pemerintah dalam negara yang menerapkan kabinet presidensial ialah presiden dan
wakil presiden, para mentri dan birokrasi. Dalam sistem kabinet parlementer,
yang di maksud dengan pemerintah ialah perdana dan mentri-menteri dan
birokrasi. Tugas dan kewenangan kabinet (sistem parlemen dan presidensial)
sudah dijelaskan sehingga yang perlu dijelaskan secara ringkas ialah birokrasi.
Secara etimologis, birokrasi berasal dari kata “biro” (bureau) yang
berarti kantor ataupun dinas, dan kata”krasi” (cracy, kratie) yang
berarti pemerintahan. Dengan demikian, birokrasi berarti dinas pemerintahan.
Secara tipologis (tipe ideal), max weber mendeskripsikan sejumlah karakteristik
birokrasi seperti berikut.
a)
Dengan organisasi ini
terdapat pembagian kerja dengan spesialisasi peranan yang jelas. Pembagian
kerja yang jelas dan terperinci ini akan membuka kesempatan untuk hanya
merekrut para pegawai yang ahli dalam bidangnya dan memungkinkan masing-masing
pegawai sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya.
b) Organisasi jabatan ini mengikuti prinsip hirarki. Artinya jabatan yang
lebih rendah berada dalam kontrol dan pengawasan jabatan yang lebih tinggi.
c) Kegiatan organisasi jabatan ini dilakukan berdasarkan sistem aturan abstrak
yang konsisten dan terdiri atas penerapan aturan-aturan ini kedalam kasus-kasus
yang khusus. Sistem standar ini dirancang untuk menjamin keseragaman tidak
hanya dalam pelaksanaan setiap tugas, terlepas dari berapa pun jumlah personel
yang terlibat didalamnya, tetapi juga dalam koordinasi berbagai tugas.[3]
d) Setiap pejabat melaksanakan tugasnya dalam semangat dan hubungan yang
formal dan inpersonal, yakni tanpa perasaan benci atau simpati, dan karena itu,
tanpa efeksi atau antussiasme. Apabila pertimbangan-pertimbangan pribadi tidak
dilibatkan dalam pelaksanaan tugas organisasi.
e) Setiap pegawai dalam organisasi ini direkrut menurut prinsip kualifikasi
teknis (merit sistem),digaji, dan dipensiun menurut pangkat dan kemampuan,
dan dipromosikan menurut asas kesenioran atau kemampuan, dan dipromosikan
menurut asas kesenioran atau kemampuan, atau keduanya. Prinsip-prinsip ini akan
mendorong pengembangan kesetiaan kepada organisasi dan perkembangan semangat
korps diantara para anggotanya. Hal-hal ini akan mendorong para pegawai untuk
memajukan tujuan-tujuan organisasi.
f) Organisasi administrasi yang bertipe birokrasi dari segi pandangan teknis
murni cenderung lebih mampu mencapai tingkat efesiensi yang lebih baik. Oleh
karena itu, birokrasi mengatasi masalah unik organisasi. Artinya, memaksimalkan
koordinasi dan pengendalian sehingga akan tercapai tidak hanya efesiensi
organisasi, tetap juga efesiensi produktif setiap pegawai.
Seluruh karakteristik
birokrasi itu akan menghasilkan suatu birokrasi yang tidak hanya superior dalam
efektivitas, yaitu skala yang besar, tetapi juga superior dalam efisiensi. Di
samping fungsi birokrasi yang positif (efektif dan efisien) seperti disebutkan
diatas, weber juga menyabutkan fungsi negatif dari birokrasi.
1.
Birokrasi cenderung
monopoli informasi sehingga pihak luar tidak dapat mengetahui atas dasar apa
keputusan itu diambil, dan tidak ada yang lebih dipertahankan secara fanatik
oleh birokrasi selain rahasia jabatan tersebut.
2.
Apabila sudah terlembaga,
birokrasi merupakan pekerjaan yang
sis-sia. Tidak mungkin mengelola suatu bangsa-negara yang besar atau perusahaan
swasta tanpa menggunakan spesialisasi dan keahlian yang dipunyai birokrasi.
Pegawai dapat diganti tetapi seluruh pola administrasi yang konsisten dengan
model birokrasi itu tidak mudah diubah[4].
Sebagaimana telah
diuraikan diatas, bahwa birokrasi dimaksudkan sebagai kekuasaan dipegang oleh
orang-orang yang berada dibelakang meja, karena segala sesuatunya diatur secara
legal dan formal oleh para demokrat. Namun diharapkan pelaksanaan kekuasaan
tersebut dapat dipertanggung jawabkan dengan jelas, karena setiap jabatan
diurus oleh orang (petugas) yang khusus.
Seperti dinyatakan oleh Blau dan Page, bahwa birokrasi dimaksudkan untuk
melaksanakan tugas-tugas administrasi yang besar. Hal itu hanya dapat berlaku
pada organisasi besar seperti organisasi pemerintahan, karena pada organisasi
pemerintahan segala sesuatunya diatur secara formal, sedangkan pada organisasi
kecil hanya diperlukan hubungan informal. Selama ini banyak pakar yang meneliti
dan menulis tentang birokrasi bahwa fungsi staf pegawai administrasi harus
memilki cara-cara yang spesifik agar lebih efektif dan efesien, sebagai
berikut;
1.
Kerja yang ketat pada
peraturan.(rule)
2.
Tugas yang
khusus(spesialisasi)
3.
Kaku dan
sederhana(zakelijk)
4.
Penyelenggaraan yang
resmi(formal)
5.
Pengaturan dari atas
kebawah(hirarkis)
6.
Berdasarkan
logika(rasional)
7.
Tersentralistik(otoritas)
8.
Taat dan patuh(obdience)
9.
Tidak melanggar ketentuan(discipline)
10.
Terstuktur(sistematis)
11.
Tanpa pandang
bulu(impersonal)
Hal-hal tersebut diatas
merupakan prinsip dasar dan karakteristik yang ideal dari suatu birokrasi.
Karakteristik tersebut idealnya memang dimiliki oleh para birokrat (pegawai
negri sipil) tidak lain agar tugas-tugas administrasi yang besar dapat
dilaksanakan secara efektif dan efesian sehingga tujuan organisasi dapat
tercapai sesuai yang direncanakan.[5]
2. Konsep Tentang Birokrasi
Ciri pokok dari struktur birokrasi (dalam kasus tipe ideal) menurut weber
adalah sebagai berikut:
a.
Kegiatan sehari-hari yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi di distribusikan melalui
cara yang telah ditentukan, dan dianggap sebagai tugas-tugas resmi.
b.
Pengorganisasian kantor
mengikuti prinsip hirarkis yaitu bahwa unit yang lebih rendah dalam sebuah
kantor berada dibawah pengawasan dan pembinaan unit yang lebih tinggi.
c.
Pelaksanaan tugas diatur
oleh suatu sistem peraturan-peraturan abstrak yang konsisten dan mencakup juga
penerapan aturan-aturan ini didalam kasus-kasus tertentu.
d.
Seseorang pejabat yang
ideal melaksanakan tugas-tugasnya dengan semangat tanpa perasaan-perasaan
dendam atau nafsu dan oleh karena itu tanpa perasaan kasih sayang antusiasme.
e.
Pekerjaan dalam sustu
organisasi birokratif didasarkan pada kualifikasi teknis dan dilindungi dari
kemungkinan pemecatan oleh sepihak.
f.
Pengalaman, secara
universal cenderung mengungkapkan bahwa tipe organisasi administratif yang
murni berciri birokratis dilihat dari sudut pandang yang semata-mata bersifat
teknis, mampu mencapai tingkat efesiensi yang tertinggi.
Efesiensi administratif yang sangat unggul dari birokrasi merupakan hasil yang diharapkan dari berbagai ciri birokrasi sebagai mana yang
digaris bawahi oleh Weber. Agar sesorang dapat bekerja secara efisien, ia harus
memiliki keahlian-keahlian tertentu dan menerapkannya secara giat dan rasional;
akan tetapi untuk suatu organisasi persyaratannya lebih banyak lagi. Setiap
anggota harus ahli dalam keterampilan tertentu untuk dapat menjalankan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.[6]
Birokrasi pemerintah
Birokrasi pemerintah seringkali diartikan sebagai officialdom atau
kerajaan pejabat. Suatu kerajaan yang raja-rajanya adalah para pejabat dari
suatu bentuk organisasi yang digolongkan moderen. Didalamnya terdapat
tanda-tanda bahwa seseorang mempunyai yuridiksi yang jelas dan pasti, mereka
berada dalam area ofisial yang yurisdiktif. Di dalam yurisdiksi tersebut
seseorang mempunyai tugas dan tanggung jawab resmi (official duties) yang
memperjelas batas-batas kewenangan pekerjaannya. Mereka bekerja dalam tatanan
pola hierarki sebagai perwujudan dari tingkatan otoritas dan kekuasaannya.
Mereka memperoleh gajih berdasarkan keahlian dan kopetensinya. Selain itu dalam
kerajaan pejabat tersebut, proses komunikasinya didasarkan pada dokumen
tertulis (the files). Itulah kerajaan birokrasi yang rajanya para
pejabat.
Pejabat adalah orang yang
menduduki jabatan tertentu dalam birokrasi pemerintah. Kekuasaan pejabat ini
amat menentukan, karena segala urusan yang berhubungan dengan jabatan itu maka
orang yang berada dalam jabatan itu yang menentukan. Jabatan-jabatan itu
disusun dalam tatanan hierarki dari atas ke bawah. Jabatan yang berada di
hierarki atas mempunyai kekuasaan yang lebih besar ketimbangan jabatan yang
berada di tataran bawah. Semua jabatan itu lengkap dengan fasilitas yang
mencerminkan kekuasaan tersebut. Diluar hirarki kerajaan pejabat dan jabatan
itu terdampar rakyat yang power less dihadapan pejabat birokrasi tersebut.
Itulah sebabnya birokrasi pemerintah acap kali disebut kerajaan pejabat yang
jauh dari rakyat.
Konsepsi birokrasi weber
yang dianut dalam organisasi pemerintahan (goverment) banyak memperlihatkan
cara-cara officialdom diatas. Pejabat birokrasi pemerintah adalah sentra dari
penyelesaian urusan masyarakat. Rakyat sangat tergantung pada pejabat ini,
bukannya pejabat yang tergantung pada rakyat. Pelayanan kepada rakyat bukan
diletakkan pada pertimbangan utama, melainkan kepada pertimbangan yang
kesekian. Pengamalan konsep birokrasi pemerintah weberian yang cenderung
menjadi kerajaan tersebut banyak mendapatkan kritikan.[7]
Ciri birokrasi weberian adalah kekuasaan itu ada pada
setiap hirarki jabatan pejabat didepan telah disinggung bahwa semakin tinggi
hirarki jabatan tersebut semakin besar kekuasaannya, dan semakin rendah
hirarkinya semakin tidak berdaya (powerless). Hirarki yang paling bawah adalah
masyarakat atau rakyat. Pada posisi ini mereka
sama sekali tidak mempunyai kekuasaan. Disiplin birokrasi model weber ini
menyatakan bahwa hirarki tidak berani atau tidak boleh melawan kekuasaan hirarki
atas.
3.
Tipe Ideal Birokrasi
Menurut weber tipe ideal
birokrasi yang rasional itu dilakukan dalam cara-cara sebagai berikut:
a.
Individu pejabat secara
personal bebas, akan tetapi dibatasi oleh jabatannya manakala ia menjalankan
tugas-tugas atau kepentingan individual dalam jabatannya.
b. Jabatan-jabatan itu disusun dalam tingkatan hirarki dari atas kebawah dan
kesamping. Konsekuensinya ada jabatan atasan dan bawahan, dan ada pula yang
menyandang kekuasaan lebih besar dan ada yang lebih kecil.
c. Tugas dan fungsi masing-masing jabatan dalam hierarki itu secara spesifik
berbeda satu sama lainnya.
d. Setiap pejabat mempunyai kontrak jabatan yang harus dijalankan.
e. Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi profesionalitasnya,
idealnya hal tersebut dilakukan melalui ujian yang kompetitif.
f. Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak untuk menerima pensiun sesuai
dengan tingkatan hierarki jabatan yang disandangnya.
g. Terdapat struktur pengembangan karier yang jelas dengan promosi berdasarkan
senioritas sesuai dengan pertimbangan yang objektif.
h. Setiap pejabat sama sekali tidak dibenarkan menjalankan jabatannya dan
resources instansinya untuk kepentingan pribadi dan keluarganya.
i.
Setiap pejabat berada
dibawah pengendalian dan pengawasan suatu sistem yang dijalankan secara
disiplin.
Butir-butir tipe ideal tersebut tidak semuanya bisa
diterapkan kondisi tertentu oleh suatu jenis pemerintahan tertentu. Seperti
persyaratan tentang pengangkatan pejabat dalam jabatan tertentu berdasarkan
kualifikasi profesionalitas cocok untuk kondisi birokrasi tertentu tetapi
banyak sekarang tidak bisa diterapkan. Karena banyak pula negara yang
mengangkat pejabat berdasarkan atas intervensi politik dari kekuatan partai
politik tertentu[8].
4.
Etika Birokrasi
Telah diuraikan bahwa
etika merupakan norma-norma moral yang tingkah lakunya atau kumpulan asas atau
nilai moral. Untuk dapat menjadi pegangan atau rujukan seseorang atau suatu
kelompok dalam mengatur tingkah lakunya atau kumpulan asas atau nilai moral.
Untuk dapat menjadi pegangan atau rujukan seseorang atau suatu kelompok
tersebut, maka nilai-nilai moral tersebut diwujudkan dalam bentuk kode etika,
misalnya: kode etik kedokteran, kode etik pers/jurnalistik, kode etik
kehakiman, dan lain sebagainya.
Sedangkan birokrasi oleh
dwijowijoto (2004) dalam praktek dijabarkan sebagai pegawai negri sipil. Ismani (2001) mengemukakan bahwa apabila dikaitkan dengan fungsi pemerintah dan
pembangunan, maka birokrasi berkenaan dengan kelembagaan, aparat dan sistem
serta prosedur dalam kegiatan yang dilaksanakan demi kepentingan umum dan
masyarakat. Dalam makna birokrasi yang demikian, maka menurut yahya muhaimin
(1991) birokrasi sebagai keseluruhan aparat pemerintah, baik sipil maupun
militer yang bertugas memebantu pemerintah dan menerima gaji dari pemerintah
karena statusnya itu. Dari keseluruhan apa yang dikemukakan diatas dapat
dirumuskan bahwa etika birokrasi adalah “norma atau nilai-nilai moral yang
menjadi pedoman bagi keseluruhan aparat pemerintah dalam menjalankan tugas dan
kewajiban demi kepentingan umum atau masyarakat”.
Dengan demikian, aparat
pemerintah seharusnya mempunyai pedoman dan penuntun dalam sikap dan prilaku,
sehingga birokrasi menjadi bersih dinamis dan bertanggung jawab. Dalam hal ini
tidak cukup hanya tanggung jawab secara yuridis formal tetapi juga tanggung jawab secara moral[9].
0 komentar:
Posting Komentar